Minggu, 15 Desember 2013

Menjadi Amil yang Amanah, Cerdas Memilih Sasaran, dan Mandiri



Keluar dari pekerjaan yang mempunyai kebermanfaatan tinggi, awal-awal membuat saya kaget. Saat saya sebelumnya menjadi guru, ilmu saya dengan mudah diamalkan pada berpuluh-puluh murid. Saran-saran saya akan memperkaya para wali murid dalam mendidik anak-anaknya. Belum jika saya berkiprah di tugas lain seperti menerbitkan media informasi sekolah, tulisan saya akan bermanfaat untuk banyak orang yang membaca. Namun ketika harus keluar dari pekerjaan, saya hanya mengurus suami, satu anak, dan rumah saja. Walaupun saya tahu itu saja sudah menjadi ladang syurga saya, saya merasa masih perlu lebih luas menebar manfaat. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain. Itu pedoman saya. Tapi saya belum juga menemukan apa yang bisa dilakukan untuk menebar kebermanfaatan.
Hingga akhirnya ada teman lama yang menawarkan untuk membentuk sebuah lemabga sosial. Sebutlah Rony dan Sofi, dua pria yang telah lebih dahulu memilih sebuah nama titipsedekah.com (TSC). Mereka tidak mau melegalkan nama itu. Sederhana saja, mereka ‘hanya’ menghimbau pada teman-temannya untuk bisa menitipkan sedekah kemudian membagikan ke pihak-pihak yang membutuhkan. Seperti pondok pesantren, panti asuhan, TPQ, sekolah, dan lain sebagainya. Jika menjadi legal, mereka akan terlalu ribet mengurus perijinan.
Maka, ketika mereka menawarkan untuk bergabung, saya memberi harapan besar. Saya mau membantu mereka. Dan seperti diduga, mereka memasang saya menjadi pemegang administrasi. Sebab saat sama-sama duduk di bangku perkuliahan, saya pernah menjabat pula sebagai staf administrasi di organisasi kepemudaan yang sama-sama kami ikuti. Namun, agar lebih maksimal, saya harus profesional. Saya harus menjadi tim amil sedekah yang handal! Maka saya susunlah rencana-rencana yang melibatkan diri saya pribadi.
Saya melabeli diri dengan tiga hal yang harus saya capai andai saya benar-benar menjadi amil sedekah. Yaitu AMANAH, MANDIRI, TEPAT SASARAN. Berikut penjabaran saya:

1. Amanah:
Satu kata tapi berat artinya. Karena berhubungan dengan tanggung jawab dan kepercayaan. Menjadi amil sedekah haruslah amanah. Para donatur menitipkan hartanya yang merupakan bagian dari ibadah. Karena itulah bebannya sungguh berat. Amil membawa kepercayaan donatur untuk mempermudah donatur beribadah. Amil juga membawa harapan bagi para penerima donasi untuk bisa memperbaiki kehidupannya.
Untuk menjaga sikap amanah itu, saya berupaya untuk:

- Tertib Administrasi
Segala alur penerimaan dan pengeluaran uang harus tertib. Bersusah-susah menulis kuitansi tidak jadi masalah. Setiap donatur menitipkan sedekahnya, harus menerima kuitansi. Setiap donasi tersalurkan, harus disertai nota rangkap dua yang disertai tanda tangan penyalur dan penerima. Semua itu bisa diperlihatkan kepada tim lain dan pastinya si donatur.
Ada pula peraturan tertulis yang harus dilaksanakan oleh tiap-tiap tim dan terbebankan pula pada para donatur serta penerima. Seperti bagaimana cara mentransfer uang, mengirim SMS konfirmasi, bagaimana tiap tim memberikan dan menerima uang dari tim lain, dan lain sebagainya.
Selain untuk urusan keuangan, administrasi juga berhubungan dengan surat menyurat. Ada kode nomor khusus untuk tiap-tiap surat, kuitansi, dan nota. Sekali lagi, bersusah payah untuk merapikan dan merekap semua lembaran-lembaran yang bersifat komunikatif, menjadi sebuah keharusan bagi tiap amil. Karena itulah alat yang digunakan untuk pertanggung jawaban pada sesama manusia.

- Tertib hak dan kewajiban
Dalam sebuah organisasi yang terdiri dari banyak orang, tentulah mempunyai aturan-aturan yang disepakati dan harus dilaksanakan bersama. Begitu pula dalam lembaga sosial. Semua amil harus tahu aturan tersebut, dan bersedia sepenuh hati untuk menjalankannya.
Tiap amil memiliki tugas sesuai kesepakatan. Ada yang jadi ketua, bendahara, penyalur donasi, ataupun penggalang donasi. Sekali lagi semua harus tahu tugas dan hak yang didapat. Sehingga pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan baik dan hak dapat diterima secara proporsional.
Karena itu, saya akan mengajak teman-teman amil untuk menyusunnya secara terbuka dan tepat.

2. Tepat Sasaran
Banyak sekali lembaga sosial yang menggalang sedekah ataupun zakat dan infaq. Banyak pula lembaga yang masih membutuhkan uluran tangan dalam perkembangannya. Pada kenyataannya, di lapangan kami menemukan ada panti asuhan, pondok pesantren, ataupun lembaga pendidikan dan majelis ta’lim yang luput dari perhatian banyak orang. Sehingga timbul ketimpangan. Lembaga-lembaga yang dekat dengan pusat kota biasanya akan banyak diperhatikan dan lebih banyak/sering menerima bantuan. Sedangkan lembaga yang berada jauh dari pusat kota akan semakin tidak terkenal dan tidak ada yang memperhatikan.

Maka, sebagai amil di titipsedekah.com, kami harus pandai-pandai menyeleksi sasaran penerima donasi. Kami memprioritaskan sasaran yang jarang dihampiri oleh lembaga sosial. Caranya adalah dengan mensurvey terlebih dahulu jika ada permintaan bantuan yang masuk. Kami juga harus senang ‘berkelana’ dan lebih banyak membangun silaturahmi, sehingga info tentang sasaran sedekah bisa lebih banyak dan sesuai keinginan kami.

Selain itu, bentuk donasi juga harus tepat. Kami ingin bentuk donasi harus yang benar-benar dibutuhkan oleh si penyampai kebutuhan akan sedekah. Maka kami meminta lembaga-lembaga itu untuk membuat list sebanyak-banyaknya. Baru kemudian kami rembug apa yang bisa kami wujudkan, sesuai dengan besar ‘kantong’ sedekah yang masuk. Dengan adanya list, juga akan mempermudah penyampaian informasi pada donatur/calon donatur akan kebutuhan yang ada.

3. Mandiri
Memang amil sebenarnya masuk di jajaran penerima sedekah. Namun, demi kebermanfaatan yang lebih, kami berupaya untuk tidak mengambil jatah kami. Anggaplah apa yang seharusnya kami terima, menjadi sedekah kami juga.

Lalu apa yang bisa diberikan lembaga pada para amil yang sudah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya?

Ya, lembaga harus bisa mempunyai pemasukan di luar sedekah. Lembaga harus bisa mandiri dengan usaha-usahanya. Bisa dengan lembaga tersebut mempunyai cabang usaha yang dikelola amil juga, yang labanya bisa dibagi bersama-sama.

Bisa pula dengan cara pemberdayaan masyarakat. Mengingat sedekah tak hanya berupa materi, amil ataupun donatur bisa mendonasikan ilmu atau pengalamannya, yang bisa disampaikan kepada orang lain. Dengan disampaikan pada masyarakat yang kekurangan, mereka bisa mempunyai keahlian hingga kemudian bisa menghasilkan produk/jasa. Kemudian lembaga bisa menampung karya mereka dan menjualkannya. Dari situlah didapat laba yang bisa diberikan pada mereka yang terlibat membuat juga masuk ke kas lembaga untuk digunakan sebagai gaji amil.

Itulah rencana-rencana yang akan saya dan teman-teman lakukan sebagai amil dari titipsedekah.com, sebuah lembaga sosial  ‘ilegal’ yang baru terbentuk beberapa bulan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar