Keluar dari pekerjaan yang mempunyai kebermanfaatan tinggi,
awal-awal membuat saya kaget. Saat saya sebelumnya menjadi guru, ilmu saya
dengan mudah diamalkan pada berpuluh-puluh murid. Saran-saran saya akan
memperkaya para wali murid dalam mendidik anak-anaknya. Belum jika saya
berkiprah di tugas lain seperti menerbitkan media informasi sekolah, tulisan
saya akan bermanfaat untuk banyak orang yang membaca. Namun ketika harus keluar
dari pekerjaan, saya hanya mengurus suami, satu anak, dan rumah saja. Walaupun
saya tahu itu saja sudah menjadi ladang syurga saya, saya merasa masih perlu
lebih luas menebar manfaat. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat
untuk orang lain. Itu pedoman saya. Tapi saya belum juga menemukan apa yang
bisa dilakukan untuk menebar kebermanfaatan.
Hingga akhirnya ada teman lama yang menawarkan untuk membentuk
sebuah lemabga sosial. Sebutlah Rony dan Sofi, dua pria yang telah lebih dahulu
memilih sebuah nama titipsedekah.com
(TSC). Mereka tidak mau melegalkan nama itu. Sederhana saja, mereka ‘hanya’
menghimbau pada teman-temannya untuk bisa menitipkan sedekah kemudian
membagikan ke pihak-pihak yang membutuhkan. Seperti pondok pesantren, panti
asuhan, TPQ, sekolah, dan lain sebagainya. Jika menjadi legal, mereka akan
terlalu ribet mengurus perijinan.
Maka, ketika mereka menawarkan untuk bergabung, saya memberi
harapan besar. Saya mau membantu mereka. Dan seperti diduga, mereka memasang
saya menjadi pemegang administrasi. Sebab saat sama-sama duduk di bangku
perkuliahan, saya pernah menjabat pula sebagai staf administrasi di organisasi
kepemudaan yang sama-sama kami ikuti. Namun, agar lebih maksimal, saya harus
profesional. Saya harus menjadi tim amil sedekah yang handal! Maka saya
susunlah rencana-rencana yang melibatkan diri saya pribadi.
Saya melabeli diri dengan tiga hal yang harus saya capai andai saya benar-benar menjadi amil sedekah.
Yaitu AMANAH, MANDIRI, TEPAT SASARAN. Berikut penjabaran saya:
1. Amanah:
Satu kata tapi berat artinya. Karena berhubungan dengan
tanggung jawab dan kepercayaan. Menjadi amil sedekah haruslah amanah. Para
donatur menitipkan hartanya yang merupakan bagian dari ibadah. Karena itulah
bebannya sungguh berat. Amil membawa kepercayaan donatur untuk mempermudah
donatur beribadah. Amil juga membawa harapan bagi para penerima donasi untuk
bisa memperbaiki kehidupannya.
Untuk menjaga sikap amanah itu, saya berupaya untuk:
- Tertib Administrasi
Segala alur penerimaan dan pengeluaran uang harus tertib.
Bersusah-susah menulis kuitansi tidak jadi masalah. Setiap donatur menitipkan
sedekahnya, harus menerima kuitansi. Setiap donasi tersalurkan, harus disertai
nota rangkap dua yang disertai tanda tangan penyalur dan penerima. Semua itu
bisa diperlihatkan kepada tim lain dan pastinya si donatur.
Ada pula peraturan tertulis yang harus dilaksanakan oleh
tiap-tiap tim dan terbebankan pula pada para donatur serta penerima. Seperti
bagaimana cara mentransfer uang, mengirim SMS konfirmasi, bagaimana tiap tim
memberikan dan menerima uang dari tim lain, dan lain sebagainya.
Selain untuk urusan keuangan, administrasi juga berhubungan
dengan surat menyurat. Ada kode nomor khusus untuk tiap-tiap surat, kuitansi,
dan nota. Sekali lagi, bersusah payah untuk merapikan dan merekap semua
lembaran-lembaran yang bersifat komunikatif, menjadi sebuah keharusan bagi tiap
amil. Karena itulah alat yang digunakan untuk pertanggung jawaban pada sesama
manusia.
- Tertib hak dan kewajiban
Dalam sebuah organisasi yang terdiri dari banyak orang,
tentulah mempunyai aturan-aturan yang disepakati dan harus dilaksanakan
bersama. Begitu pula dalam lembaga sosial. Semua amil harus tahu aturan
tersebut, dan bersedia sepenuh hati untuk menjalankannya.
Tiap amil memiliki tugas sesuai kesepakatan. Ada yang jadi
ketua, bendahara, penyalur donasi, ataupun penggalang donasi. Sekali lagi semua
harus tahu tugas dan hak yang didapat. Sehingga pelaksanaan tugas dapat
berjalan dengan baik dan hak dapat diterima secara proporsional.
Karena itu, saya akan mengajak teman-teman amil untuk
menyusunnya secara terbuka dan tepat.
2. Tepat Sasaran
Banyak sekali lembaga sosial yang menggalang sedekah ataupun
zakat dan infaq. Banyak pula lembaga yang masih membutuhkan uluran tangan dalam
perkembangannya. Pada kenyataannya, di lapangan kami menemukan ada panti
asuhan, pondok pesantren, ataupun lembaga pendidikan dan majelis ta’lim yang
luput dari perhatian banyak orang. Sehingga timbul ketimpangan. Lembaga-lembaga
yang dekat dengan pusat kota biasanya akan banyak diperhatikan dan lebih
banyak/sering menerima bantuan. Sedangkan lembaga yang berada jauh dari pusat
kota akan semakin tidak terkenal dan tidak ada yang memperhatikan.
Maka, sebagai amil di titipsedekah.com, kami harus
pandai-pandai menyeleksi sasaran penerima donasi. Kami memprioritaskan sasaran
yang jarang dihampiri oleh lembaga sosial. Caranya adalah dengan mensurvey
terlebih dahulu jika ada permintaan bantuan yang masuk. Kami juga harus senang ‘berkelana’
dan lebih banyak membangun silaturahmi, sehingga info tentang sasaran sedekah
bisa lebih banyak dan sesuai keinginan kami.
Selain itu, bentuk donasi juga harus tepat. Kami ingin bentuk
donasi harus yang benar-benar dibutuhkan oleh si penyampai kebutuhan akan
sedekah. Maka kami meminta lembaga-lembaga itu untuk membuat list sebanyak-banyaknya.
Baru kemudian kami rembug apa yang bisa kami wujudkan, sesuai dengan besar ‘kantong’
sedekah yang masuk. Dengan adanya list, juga akan mempermudah penyampaian
informasi pada donatur/calon donatur akan kebutuhan yang ada.
3. Mandiri
Memang amil sebenarnya masuk di jajaran penerima sedekah.
Namun, demi kebermanfaatan yang lebih, kami berupaya untuk tidak mengambil
jatah kami. Anggaplah apa yang seharusnya kami terima, menjadi sedekah kami
juga.
Lalu apa yang bisa diberikan lembaga pada para amil yang
sudah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya?
Ya, lembaga harus bisa mempunyai pemasukan di luar sedekah.
Lembaga harus bisa mandiri dengan usaha-usahanya. Bisa dengan lembaga tersebut
mempunyai cabang usaha yang dikelola amil juga, yang labanya bisa dibagi
bersama-sama.
Bisa pula dengan cara pemberdayaan masyarakat. Mengingat
sedekah tak hanya berupa materi, amil ataupun donatur bisa mendonasikan ilmu
atau pengalamannya, yang bisa disampaikan kepada orang lain. Dengan disampaikan
pada masyarakat yang kekurangan, mereka bisa mempunyai keahlian hingga kemudian
bisa menghasilkan produk/jasa. Kemudian lembaga bisa menampung karya mereka dan
menjualkannya. Dari situlah didapat laba yang bisa diberikan pada mereka yang
terlibat membuat juga masuk ke kas lembaga untuk digunakan sebagai gaji amil.
Itulah rencana-rencana yang akan saya dan teman-teman
lakukan sebagai amil dari titipsedekah.com, sebuah lembaga sosial ‘ilegal’ yang baru terbentuk beberapa bulan.